DI JAM-JAM SORE
di jam-jam sore, orang-orang itu akan
selalu begulut untuk mencari lubang-lubang. menyuruh selain maunya hambus. terbanglah
terbang. lalu kau kata moh untuk
mengajak ragamu yang gagu.
ohoi, senja datang lagi
nyamuk-nyamuk sudah mulai menampakkan
taji
dengingnya berdenging-denging bak suara
dari menara ketika senja
tapi hanya beberapa lelaki tua yang
terbongkok-bongkok mengayun langkah demi menuntaskan rindu yang abadi.
sedangkan dengan orang-orang yang
begulut tadi, dengan lepasnya membiarkan satu pertemuan lesap tak berarti
Oktober 2012
ORANG-ORANG ASING
kita adalah orang-orang asing
sebagai orang-orang asing yang
terdampar di pulau pualam asing
tak pernah tahu kita tanah muasal
juga kelahiran yang sakral
kita tak punya angka untuk menghitung
usia
bahkan ingatan lesap begitu saja
kita seperti ada begitu saja
binasa jua begitu saja
pulau pualam asing
orang-orang asing
kitapun asing
Oktober 2012
TENTANG DAPUR
di dapur ini kita dulu pernah duduk
bersila hadap-hadapan
mengupas bawang, kentang dan merajang
cabai
sambil menceritakan seonggok senyum
yang datang terjadwalkan
giginya yang putih serta matanya yang
bersahaja
seperti menjurus kita pada sebuah harap
yang kita idam-idamkan
kau ingat kompor itu, dulu hanya berupa
tungku
tungku yang kita letakkan di luar rumah
kita tak pernah takut akan kehilangan
tapi senyum itu datang dengan giginya
yang putih
“kita mesti membuat perubahan di dapur
ini, dapur ini mesti di upgrade!” itu
katanya.
kita bersorak sorai menikmati ke
efisienan waktu dan tenaga untuk sekedar menuntaskan pekerjaan
bukankah kita harus cepat dalam segala
hal?
sebab segalanya tak dapat di ulang
BAWAAN
dia telah datang tapi ditengah jalan
hujan memaksanya untuk pulang. apalagi yang akan dia bawa kepadamu. sebungkus
harap yang dia bungkus dengan kertas warna abu, basah. dan cahaya mukanya
tumpah persis di simpang jalan sana. dia takut, hatinya terserut. kalaukalau
saat dia sampai dan kau melihat apa yang
dia bawa telah remuk tak berupa, kau akan menambah pedih hatinya.
jangan salahkan dia. jangan paksa dia
untuk membenci hujan. jangan biarkan dia memeluk lutut dan bergumam dengan
bahasabahasa kesunyian yang begitu mengiris. aku takut. aku takut kalaukalau
dia memaki tuhan dan membakar kitabkitab yang terbuka dalam dadanya.
sudahlah. hujan sebenarnya begitu indah
malam ini. bulan bukan apaapa. biarkan saja rindu mengembang dan meronta dalam
bahasa yang dipahaminya atau tidak sama sekali
lebih baik kau tidur saja. dan biarkan
dia juga tidur. ini malam yang lain. dengarlah, sebenarnya kalian tengah
bercakapcakap dalam bahasa kerinduan.
Raun
suatu
minggu aku raunraun ke kampungmu
riuh
redam suara kanak di halaman
emakemak
menari tangan di atas landasan
gulai
lemak mengundang liur sampai turunan
oh
rumah tinggi sejarah silam
hadir
pula bagai menu yang dielukan
gadis
manis selendang mayang
rambutnya
menepis angan sampai akanan
di
anjung si dia berjuntai kaki
bau
tubuhnya menyeret hingga ke lubuk hati
jauh
terasa jauh
langkahku
berat hendak kembali
18 November 2012
Komentar
Posting Komentar