Langsung ke konten utama

Sajak Syafrizal Sahrun yang terbit di Harian Sumut Pos pada tanggal 9 Desember 2012


DI JAM-JAM SORE


di jam-jam sore, orang-orang itu akan selalu begulut untuk mencari lubang-lubang. menyuruh selain maunya hambus. terbanglah terbang. lalu kau kata moh untuk mengajak ragamu yang gagu.
ohoi, senja datang lagi
nyamuk-nyamuk sudah mulai menampakkan taji
dengingnya berdenging-denging bak suara dari menara ketika senja
tapi hanya beberapa lelaki tua yang terbongkok-bongkok mengayun langkah demi menuntaskan rindu yang abadi.
sedangkan dengan orang-orang yang begulut tadi, dengan lepasnya membiarkan satu pertemuan lesap tak berarti

Oktober 2012



ORANG-ORANG ASING

kita adalah orang-orang asing
sebagai orang-orang asing yang terdampar di pulau pualam asing
tak pernah tahu kita tanah muasal
juga kelahiran yang sakral

kita tak punya angka untuk menghitung usia
bahkan ingatan lesap begitu saja

kita seperti ada begitu saja
binasa jua begitu saja

pulau pualam asing
orang-orang asing
kitapun asing

Oktober 2012



SEPERTI SUARA LANGKAH

seperti suara langkah
dia datang menebar bunga sampai ke hayal
terbungkuk-bungkuk menyeret rindunya
kakinya yang terlantar tetap dibawa dengan setia

seperti suara langkah
dia datang padamu
memanggul cerita yang dikemas dalam botol tua
di ujungnya dililitkan pita merah muda
amboi, alangkah dendam telah ia ubah jadi setangkai rantai

dari kepala ke kepala
dari dada sampai ke dada lainnya
dari satu cita hingga ke cinta
barapa tetes lelah lagi yang akan dia bagi
berapa tangkai bunga lagi yang akan menghitam
lalu terburai ke bumi

aku mendengarnya
seperti suara langkah
yang ingin tergesa menujumu

tapi tidak
sekuat apa tekat
dia belum menemu muara
tempat bersahaja di dalam dada

2012



POHON

jangan tanyakan kemana buah
bukankah kita adalah akar
jangan salahkan ketika buah menjadi asam
kita jualah yang meramu asal
tidak, aku tak pandai menebang
sebab aku juga layak untuk ditebang
jika tinggiku melebihi tinggimu
maka sebenarnya aku juga berkeinginan kau lebih tinggi dari adaku
jangan salah menuding
buah ini kita yang bikin
jangan suka bertanya
kalau kau juga berhak untuk menjawabnya
ah

15 November 2012




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur Oleh: Syafrizal Sahrun (akhirnya diterbitkan di Haluan Kepri, 9 Desember 2012) Tepatnya tanggal 13 November 2012  telah dilaksanakan kegiatan peluncuran buku dengan judul “Adat Pekawinan Masyarakat Pesisir Sumatera Timur” karya Prof. Dr. H. O.K. Moehad Sjah. Kegiatan itu dilaksanakan di Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu rangkaian acara Gelar Buku, Budaya dan Teknologi Tahun Anggaran 2012 yang mengangkat tema ‘Dengan membaca kita wujudkan hidup sejahtera’. Sebagai masyarakat yang sadar betapa pentingnya buku dan budaya baca patutlah acara ini kita beri sambutan baik. Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran manusia. Hal itu mau tidak mau akan mengikis keyakinan akan pentingnya beradat istiadat. Melanggar pantang, yang sekarang ini generasi muda tak dapat memaknai secara rasional mengenai kenapa suatu perbuatan itu ditida...

Resensi Buku: Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra

 (Terbit di rubrik Belia Harian Medan Bisnis, 2 Desember 2012) Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra Oleh: Syafrizal Sahrun Judul                : Pengantar Teori Sastra Penulis              : Dwi Susanto S.S, M.Hum Penerbit            : CAPS Tahun               : Cetakan pertama, 2012 Tebal                : vii + 272 halaman ISBN                : 978-602-9324-03-7 Secara normatif, studi sastra dibagi dalam beberapa bidang, yakni teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, sastra bandingan, dan kajian budaya. Teori sastra mempelajari kaidah-kaidah, paradigma-paradigma, dan...

Haluan Kepri, Minggu, 2 Desember 2012

Sajak-sajak Syafrizal Sahrun TEMALI DAN KAU/1 sebagai temali apa lagi yang dapat kulakukan untuk membantumu berapa kali bahkan tak kukira lagi berapa peluh sudah ;aku sampai lupa cara mengira pagi ini, ketika mentari masih telungkup kau berjalan menyibak kabut menimang rindu   juga cemburu padahal mulai kemarin batukmu telah jadi jandu pada malam sendu TEMALI DAN KAU/2 entah mengapa di tengah jalan ketika batukmu kambuh aku hanya mampu tersengkum tak mampu menengok aku telah terburai di dalam masa aku tak bisa untuk sekedar membantumu menyulam tuju tepat waktu tapi walau begitu taklah dapat kupungkiri bahwa aku tak mampu berbagi sampai tubuhku tak bisa lagi dikata temali KETIKA PURNAMA kekasih bulan sudah purnama ketika gelas lepas dari gengaman daundaun menggamit sejuta kelam dalam ingatan rantingranting patah pada sekali hembusan kekasih pada dudukku semilir angin menghembuskan ke...