Langsung ke konten utama

Puisi Syafrizal Sahrun yang terbit di Majalah Sastra Digital FRASA Edisi 7 / Desember 2012


KUNJUNGI SAJA AKU LEWAT DOA

aku memang telah pergi
melintasi satu pemikiran dan pemikiran lain
dari satu rasa ke rasa lainnya
dari satu kecupan hingga pendurhakaan

oh ya, lihatlah tampangku di tembok sana
tembok tinggi yang kau susun dari kerangka-kerangka manusia masa lalu
yang dindingnya kau cat dengan darah orang-orang masa datang
di situlah tampangku kau pajang
empat lengan sebagai bingkai

engkau pernah melukisku bukan?
saat aku termenung di dalam kepalamu
membelai-belai otakmu karena aku jenuh jadi batu

berikanlah aku senyummu yang seterus terang pungguk pada rembulan
jangan kau selipkan diantaranya sembilu, duri atau belati
jangan bunuh aku lagi

sebab itupulalah aku pergi
bukan untuk menjauh
tapi untuk memekapmu lebih lekap
kepergian tak sekedar keluar

aku tahu, kau selalu mencariku
selalu memanggil-manggil namaku
tapi sayang, sudah kukatakan aku telah pergi
kunjungi saja aku lewat doa
jika rindu telah mendera
maka aku akan muncul dari segenap tiada.
           
Percut, 2012
Komunitas Home Poetry




DOA PARA PELUPA

ingatkanlah kami kepada ruang yang telah kosong
sebelumnya isi telah kami hirup dipusara kedatangan
ketika hujan satu-satu menyentuh bubung hati kami

ingatkanlah
terkadang kami lupa akan rasa yang terlalu menggoda
setelah rasa yang menggoda lainnya bertandang ke kuduk kami

kami ini maha pelupa
bahkan maha berkata suka yang padahal kami tak paham tentang makna

ingatkanlah kami
setelah mencicipi isi
untuk segera mencuci bentuk
agar ruang dapur hati kami tak berantakan seperti rumah-rumah para pemalas

teruslah goda kami dengan masa lalu
lecut kami dengan harapan yang ada di masa datang
kami adalah makhluk maha pelupa
jangan biarkan kami berleha-leha
di tubuh para perawan yang melahirkan kepuasan semu
dan pada akhirnya kami terkulai dalam penyesalan

maafkan kami
terkadang kami suka mencuri-curi waktu untuk memakimu
kami suka mengendap-endap menelanjangimu
untuk sekedar berolok-olok bahwa kebebasan adalah tujuan kehidupan
yang sebenarnya kebabasan tak pernah kami dapat dari kepura-puaraan

4 November 2012
Komunitas Home Poetry

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur Oleh: Syafrizal Sahrun (akhirnya diterbitkan di Haluan Kepri, 9 Desember 2012) Tepatnya tanggal 13 November 2012  telah dilaksanakan kegiatan peluncuran buku dengan judul “Adat Pekawinan Masyarakat Pesisir Sumatera Timur” karya Prof. Dr. H. O.K. Moehad Sjah. Kegiatan itu dilaksanakan di Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu rangkaian acara Gelar Buku, Budaya dan Teknologi Tahun Anggaran 2012 yang mengangkat tema ‘Dengan membaca kita wujudkan hidup sejahtera’. Sebagai masyarakat yang sadar betapa pentingnya buku dan budaya baca patutlah acara ini kita beri sambutan baik. Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran manusia. Hal itu mau tidak mau akan mengikis keyakinan akan pentingnya beradat istiadat. Melanggar pantang, yang sekarang ini generasi muda tak dapat memaknai secara rasional mengenai kenapa suatu perbuatan itu ditida...

Resensi Buku: Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra

 (Terbit di rubrik Belia Harian Medan Bisnis, 2 Desember 2012) Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra Oleh: Syafrizal Sahrun Judul                : Pengantar Teori Sastra Penulis              : Dwi Susanto S.S, M.Hum Penerbit            : CAPS Tahun               : Cetakan pertama, 2012 Tebal                : vii + 272 halaman ISBN                : 978-602-9324-03-7 Secara normatif, studi sastra dibagi dalam beberapa bidang, yakni teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, sastra bandingan, dan kajian budaya. Teori sastra mempelajari kaidah-kaidah, paradigma-paradigma, dan...

Haluan Kepri, Minggu, 2 Desember 2012

Sajak-sajak Syafrizal Sahrun TEMALI DAN KAU/1 sebagai temali apa lagi yang dapat kulakukan untuk membantumu berapa kali bahkan tak kukira lagi berapa peluh sudah ;aku sampai lupa cara mengira pagi ini, ketika mentari masih telungkup kau berjalan menyibak kabut menimang rindu   juga cemburu padahal mulai kemarin batukmu telah jadi jandu pada malam sendu TEMALI DAN KAU/2 entah mengapa di tengah jalan ketika batukmu kambuh aku hanya mampu tersengkum tak mampu menengok aku telah terburai di dalam masa aku tak bisa untuk sekedar membantumu menyulam tuju tepat waktu tapi walau begitu taklah dapat kupungkiri bahwa aku tak mampu berbagi sampai tubuhku tak bisa lagi dikata temali KETIKA PURNAMA kekasih bulan sudah purnama ketika gelas lepas dari gengaman daundaun menggamit sejuta kelam dalam ingatan rantingranting patah pada sekali hembusan kekasih pada dudukku semilir angin menghembuskan ke...