Langsung ke konten utama

Puisi Syafrizal sahrun yang terbitkan di Harian Analisa tanggal 2 Juni 2012


Puisi-puisi Syafrizal Sahrun

KETIKA HUJAN

malam basah ini berbasabasi dengan kesepian
senandung memecah musim
nampaklah seberkas sinar yang merembas dari dasar yang retak
sementara menara bagai menuding langit dan berbicara dengan bahasa yang ganjil
“katakanlah sesuatu”, sentak malam pada sebuat perdebatan yang begitu sepi
mengapa kau bebankan kegetiran pada pundakku yang layu
sedangkan kau tampak biasa
sementara hujan bak serdadu di medan laga

2012
Komunitas Home Poetry



KETIKA KITA BERJALANJALAN

suatu waktu kau mengajakku berjalan-jalan
melewati taman-taman bunga
yang tak berkesudahan di dalam kepalamu
kumbang-kumbang dan semerbak yang begitu khas
menjadikan tanganku dan tanganmu berjabatan
mengeluhkan harapan yang tak kunjung sampai

di bawah pohon rindang yang mengingatkan aku
pada sepenggal sajak yang tak mampu aku lanjutkan
kita berhenti
“apa kau mau mengiyakannya?” katamu
selembar daun jatuh mengguit pundakku

jangan tatap aku begitu
gelora di dalam bagai muka air di lautan

2012
Komunitas Home Poetry



KAU, AKU DI DALAM

ada kau di dalam
apa harus kutunggu lagi
sementara pintu telah kuketuk berulang kali
jarum jam tak mau ditegah barang sebentar
begitu pula hatiku
ada yang tak bisa aku jawab
ada yang sulit aku ungkap
ada kau di dalam, aku di dalam
sementara perjumpaan bak ilalang yang tersesat ke lain padang

2012
Komunitas Home Poetry




ORANG-ORANG ASING

kita adalah orang-orang asing
sebagai orang-orang asing yang terdampar di pulau pualam asing
tak pernah tahu kita tanah muasal
juga kelahiran yang sakral

kita tak punya angka untuk menghitung usia
bahkan ingatan lesap begitu saja

kita seperti ada begitu saja
binasa jua begitu saja

pulau pualam asing
orang-orang asing
kitapun asing

Oktober 2012
Komunitas Home Poetry




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur Oleh: Syafrizal Sahrun (akhirnya diterbitkan di Haluan Kepri, 9 Desember 2012) Tepatnya tanggal 13 November 2012  telah dilaksanakan kegiatan peluncuran buku dengan judul “Adat Pekawinan Masyarakat Pesisir Sumatera Timur” karya Prof. Dr. H. O.K. Moehad Sjah. Kegiatan itu dilaksanakan di Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu rangkaian acara Gelar Buku, Budaya dan Teknologi Tahun Anggaran 2012 yang mengangkat tema ‘Dengan membaca kita wujudkan hidup sejahtera’. Sebagai masyarakat yang sadar betapa pentingnya buku dan budaya baca patutlah acara ini kita beri sambutan baik. Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran manusia. Hal itu mau tidak mau akan mengikis keyakinan akan pentingnya beradat istiadat. Melanggar pantang, yang sekarang ini generasi muda tak dapat memaknai secara rasional mengenai kenapa suatu perbuatan itu ditida...

Resensi Buku: Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra

 (Terbit di rubrik Belia Harian Medan Bisnis, 2 Desember 2012) Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra Oleh: Syafrizal Sahrun Judul                : Pengantar Teori Sastra Penulis              : Dwi Susanto S.S, M.Hum Penerbit            : CAPS Tahun               : Cetakan pertama, 2012 Tebal                : vii + 272 halaman ISBN                : 978-602-9324-03-7 Secara normatif, studi sastra dibagi dalam beberapa bidang, yakni teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, sastra bandingan, dan kajian budaya. Teori sastra mempelajari kaidah-kaidah, paradigma-paradigma, dan...

Haluan Kepri, Minggu, 2 Desember 2012

Sajak-sajak Syafrizal Sahrun TEMALI DAN KAU/1 sebagai temali apa lagi yang dapat kulakukan untuk membantumu berapa kali bahkan tak kukira lagi berapa peluh sudah ;aku sampai lupa cara mengira pagi ini, ketika mentari masih telungkup kau berjalan menyibak kabut menimang rindu   juga cemburu padahal mulai kemarin batukmu telah jadi jandu pada malam sendu TEMALI DAN KAU/2 entah mengapa di tengah jalan ketika batukmu kambuh aku hanya mampu tersengkum tak mampu menengok aku telah terburai di dalam masa aku tak bisa untuk sekedar membantumu menyulam tuju tepat waktu tapi walau begitu taklah dapat kupungkiri bahwa aku tak mampu berbagi sampai tubuhku tak bisa lagi dikata temali KETIKA PURNAMA kekasih bulan sudah purnama ketika gelas lepas dari gengaman daundaun menggamit sejuta kelam dalam ingatan rantingranting patah pada sekali hembusan kekasih pada dudukku semilir angin menghembuskan ke...