(Terbit di rubrik Belia Harian Medan Bisnis, 2 Desember 2012)
Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra
Oleh: Syafrizal
Sahrun
Judul : Pengantar Teori Sastra
Penulis : Dwi Susanto S.S, M.Hum
Penerbit : CAPS
Tahun : Cetakan pertama, 2012
Tebal : vii + 272 halaman
ISBN : 978-602-9324-03-7
Secara
normatif, studi sastra dibagi dalam beberapa bidang, yakni teori sastra, kritik
sastra, sejarah sastra, sastra bandingan, dan kajian budaya. Teori sastra
mempelajari kaidah-kaidah, paradigma-paradigma, dan pemikiran-pemikiran
masyarakat atau kelompok-kelompok teoritikus terhadap sastra. pendek kata,
teori sastra mempelajari pandangan orang terhadap sastra. teori sering
diartikan sebagai satu abstraksi tentang realitas melalui berbagai pengujian,
oleh karena itu, teori seringkali menunjukkkan kerangka kerja sebagai satu
manifestasi dari konsep.
Konsep
secara sederhana dapat diartikan sebagai satu perhatian yang menunjuk pada
sesuatu yang dinyatakan dengan kata, penamaan, atau pernyataan simbol. Secara
luas dalam konteks ini bicara tentang teori sastra tentu tidak bisa dilepaskan
dari cara pandang orang atau komunitas tertentu dalam mengartikan dan
menggunakan kata “sastra” itu sendiri. Teori juga semacam alat-alat para intelektual
atau ilmuan dalam bidang sastra untuk memperlihatkan sastra itu sendiri.
Kritik
sastra pada mulanya sebagai satu bentuk pengadilan terhadap karya sastra atau
fenomena kesusastraan, yakni memberikan penilaian baik dan buruknya suatu karya
atau menilai karya dengan berbagai teori penilaian yang ada pada zamannya.
Namun, perkembangan kini, kritik sastra berisi interpretasi dan pemahaman
terhadap kesusastraan itu sendiri, baik fenomena yang bersifat tekstual atas
karya ataupun nontekstual.
Kajian dalam buku ini yaitu mengenai
psikoanalisis sastra, strukturalisme, formalisme rusia, kritik sastra marxisme,
teori interpretasi dan beberapa model teori pascastrukturalisme. Sebagai
pengantar teori sastra, buku yang ditulis oleh Dwi Susanto S.S, M.Hum ini sudah
mampu memberikan dasar pijak kepada pembaca untuk melakukan pendekatan terhadap
sastra dan pengkajiannya.
Sebagai
penulis, Dwi Susanto, pada bab awal bukunya seakan ingin mengingatkan kembali
kepada kita apa itu sastra dan untuk apa ia ada. Secara etimologi sastra atau
sastera berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari akar kata Ças atau sãs dan –tra. Ças dalam bentuk kata kerja yang
diturunkan memiliki arti mengarahkan, mengajar, memberikan suatu petunjuk
ataupun instruksi. Akhiran –tra
menunjukkan satu sarana atau alat. Secara harfiah, sastra berarti alat untuk
mengajar, buku petunjuk, buku instruksi ataupun pengajaran.Sedangkan secara
umum teori diartikan sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah
fenomena.
Jika
kita maknai pengertian sastra di atas alangkah tingginya drajat sastra itu.
Jika demikian, mengapa belakangan ini sastra itu seakan tidak dipedulikan oleh
masyarakatnya? Apa mungkin masyarakat hanya menganggap sastra itu hanya sebagai
bacaan selepas lelah atau hanya sebagai penghibur belaka yang tak puya makna
karena sastra itu hanyalah karya rekaan/hayalan? Saya rasa dengan membaca buku
ini kita dapat memetik pelajaran bagaimana mengembalikan sastra itu
kekedudukannya semula. Ya. Dengan mempelajari teori dan menerapkannya pada
karya sastra kiranya kita mampu menjadi penerjemah sehingga sastra itu tidak
menjadi sesuatu yang kabur tetapi jadi penunjuk di jalan yang kabur.
Percut, 19 Oktober 2012
Komentar
Posting Komentar