Langsung ke konten utama

Analisa Rabu, 9 Februari 2011


GADIS GAUN MERAH  I
Syafrizal Sahrun

Kau perlihatkan gaun merah ini kali
saat senja
ketika malam dan siang bertemu
dipersimpangan walau sebentar
“gong xi fa chai”
kalimat yang merayap ketelinga
mengiring gaunmu menyusur
peradapan demi peradapan


GADIS GAUN MERAH  II
Syafrizal Sahrun


Ini kali kutemui bercak sendu di wajahmu
lantas aku bertanya ;
apa gerangan di hari bahagia terpahat
gundah diwajahmu
wahai gadis bermata sayu ?
lalu dia tersenyum
namun senyumnya mengendap kedasar
hingga aku tak berdaya menafsirkan

GADIS GAUN MERAH  III
Syafrizal Sahrun

Aku hanya gadis bagai angin
jadi penikmat disiang hari
dan menjelma penonton dimalam-malam sepi
ini kali saat senja berlalu
temanilah aku memetik nanas merah
dan mengambil pohon kambuat dikebun
diatas angin yang tak terjamah
lantas kita letakkan dialtar negeri ini
agar jati diri kembali yang belakangan ini
terkikis kasus-kasus korupsi yang menjadi-jadi

GADIS GAUN MERAH  IV
Syafrizal Sahrun

Dalam seketika dia lenyap tanpa berita
sebelum aku sempat bertanya
lalu ku temui setangkai bunga merah
di tangan kanan yang gemetar
lalu aku bertanya ;
ini untuk siapa ?

IMLEK
Syafrizal Sahrun


Pipimu memerah untuk kali ke dua
saat malam itu
dan malam ini
ketika imlek mendekap
dan mencumbu dengan asa yang baru


KOMISI, 02 Februari 2011
 
TIGA KUE BAKUL
Syafrizal Sahrun


Kau hampiri aku setelah isya
dengan sepeda yang pernah membawa kita
menyusur angin dan samudera
di gubuk reot
bak gembala tua yang duduk termangu berkelu
terpahat sejarah panjang yang tinggal kenangan

kau hampiri aku setelah isya
saat kunang-kunang memperindah malam diantara cemara
kau mengetuk
aku membuka
ku saksikan senyum menyatu keindahan surga
kau berikan aku tiga kue bakul
dan dekap hangat beberapa saat
lantas kau pergi
dan aku menafsir teka-teki


KOMISI, 02 Februari 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur Oleh: Syafrizal Sahrun (akhirnya diterbitkan di Haluan Kepri, 9 Desember 2012) Tepatnya tanggal 13 November 2012  telah dilaksanakan kegiatan peluncuran buku dengan judul “Adat Pekawinan Masyarakat Pesisir Sumatera Timur” karya Prof. Dr. H. O.K. Moehad Sjah. Kegiatan itu dilaksanakan di Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu rangkaian acara Gelar Buku, Budaya dan Teknologi Tahun Anggaran 2012 yang mengangkat tema ‘Dengan membaca kita wujudkan hidup sejahtera’. Sebagai masyarakat yang sadar betapa pentingnya buku dan budaya baca patutlah acara ini kita beri sambutan baik. Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran manusia. Hal itu mau tidak mau akan mengikis keyakinan akan pentingnya beradat istiadat. Melanggar pantang, yang sekarang ini generasi muda tak dapat memaknai secara rasional mengenai kenapa suatu perbuatan itu ditida...

Resensi Buku: Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra

 (Terbit di rubrik Belia Harian Medan Bisnis, 2 Desember 2012) Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra Oleh: Syafrizal Sahrun Judul                : Pengantar Teori Sastra Penulis              : Dwi Susanto S.S, M.Hum Penerbit            : CAPS Tahun               : Cetakan pertama, 2012 Tebal                : vii + 272 halaman ISBN                : 978-602-9324-03-7 Secara normatif, studi sastra dibagi dalam beberapa bidang, yakni teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, sastra bandingan, dan kajian budaya. Teori sastra mempelajari kaidah-kaidah, paradigma-paradigma, dan...

Haluan Kepri, Minggu, 2 Desember 2012

Sajak-sajak Syafrizal Sahrun TEMALI DAN KAU/1 sebagai temali apa lagi yang dapat kulakukan untuk membantumu berapa kali bahkan tak kukira lagi berapa peluh sudah ;aku sampai lupa cara mengira pagi ini, ketika mentari masih telungkup kau berjalan menyibak kabut menimang rindu   juga cemburu padahal mulai kemarin batukmu telah jadi jandu pada malam sendu TEMALI DAN KAU/2 entah mengapa di tengah jalan ketika batukmu kambuh aku hanya mampu tersengkum tak mampu menengok aku telah terburai di dalam masa aku tak bisa untuk sekedar membantumu menyulam tuju tepat waktu tapi walau begitu taklah dapat kupungkiri bahwa aku tak mampu berbagi sampai tubuhku tak bisa lagi dikata temali KETIKA PURNAMA kekasih bulan sudah purnama ketika gelas lepas dari gengaman daundaun menggamit sejuta kelam dalam ingatan rantingranting patah pada sekali hembusan kekasih pada dudukku semilir angin menghembuskan ke...