Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

MENGEJA WAKTU

Kaki melangkah satu demi satu mengeja lembar-lembar waktu terjemahkan isyarat kelu yang mengalir menyatu debu kicau burung liar mengusik lengang merobohkan tonggak galau memukau tubuh semati tugu jalan-jalan binasa tanpa makam dan akhirnya hanya bekas-bekas sejarah yang mulai dapat diterjemah                          KOMISI, 2011 Syafrizal Sahrun (puisi ini telah di terbitkan pada Harian Analisa pada hari rabu / 9 November 2011) http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/09/20937/mencari_kabar/

PERADABAN

Tak ada kata hilang rupa Lenyap bersama waktu tergilas Dibalik zaman yang tak lagi purba Akankah kekal budaya Sementara manusia kembali hina Terjerembab pada panorama fana                        KOMISI, 2011 Syafrizal Sahrun (puisi ini telah di terbitkan pada Harian Analisa pada hari rabu / 9 November 2011) http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/09/20937/mencari_kabar/

KITA

Jika kita adalah surga maka prahara adalah quldi yang menggoda jika kita adalah madu maka prahara adalah nila yang merusak susu sebelanga dan jika prahara adalah ombak maka jadilah karang disamudera                              KOMISI, 2011 Syafrizal Sahrun (puisi ini telah di terbitkan pada Harian Analisa pada hari rabu / 9 November 2011) http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/09/20937/mencari_kabar/

MENCARI KABAR

Pagi menjelma wajah pelangi mati tapi tak busuk melainkan wangi melati dan kesturi pagi ini angin datang dalam bisu lantas akan ku cari kabarmu di antara remah-remah kefanaan KOMISI, 2011 Syafrizal Sahrun (puisi ini telah di terbitkan pada Harian Analisa pada hari rabu / 9 November 2011) http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/09/20937/mencari_kabar/

LANGKAH ANGIN DAN HUJAN

Puisi ini telah di terbitkan di Harian Analisa tanggal 21 September 2011 dan pada Hari yang sama di bacakan pada acara Halal Bi Halal Civitas Akademik UISU Al-Munawwarah LANGKAH ANGIN DAN HUJAN /1/ Saat aku menulis sajak ini mungkin kau sudah terlelap rebah dilantai beralas tikar plastik pinjaman kau tak memabawa tilam, bantal, guling, selimut dan boneka kesayangan sebab esok kau juga akan kembali dan menceritakan pengalaman selama kau jauh dari pandangan malam ini, aku merindu wujudmu kau masih setia datang walau bayang-bayang dan aku menulis sajak sesaat mengkin kau sudah terlelap sajak tentang langkah angin dan hujan LANGKAH ANGIN DAN HUJAN /2/ Sebelum ku tulis sajak ini saat aku duduk di pelataran masjid dekat rumahku segerombolan angin datang menerjang pintu dan jendela mereka melahap apa saja kayu, batu, pagar-pagar, bahkan orang-orang yang ada di depannya tak peduli tua atau muda tak peduli akan norma atau tatakrama aku melihat debu bagai saudara-saudara kita yang m...

Omong-omong Sastra SUMUT :

  “Politik” Rumah Sastra Kita Seiring perkembangan sastra, semakin banyak pula permasalahan yang ditimbulkan karenanya. Permasalahan-permasalahan dunia sastra juga wajib diperbincangkan, apa lagi oleh pegiat sastra itu sendiri. Kita mesti menyadari peranan kita dalam membina dan melestarikan budaya bersastra, khususnya orang-orang yang berkecimpung di dunia sastra. Siapa lagi kalau bukan kita. Mungkinkah orang-orang di luar dunia sastra yang akan melestarikannya, tentu tidak. Menyikapi hal tersebut, keberadaan Omong-omong sastra sumut sangat mendongkrak dalam pembahasan permasalah yang timbul dalam perkembangan sastra khususnya di sumatera utara. Baik itu tentang sejarah, peranan, masa depan dan tak terlepas juga dengan pengkajian karya sastra itu sendiri. Omong-omong sastra sumut ini berlangsung sudah 30 tahunan. Setelah di rumah syafrizal sahrun atas nama beberapa komunitas sastra (KOMPAK, KONTAN, KOMISI) sebagai fasilitator omong-omong sastra di bulan mei yang lalu, kini tepat...

Medan Bisnis “Rentak” 7 Agustus 2011

KAU DAN AKU Syafrizal Sahrun Jika aku menggantimu dengan kapas yang aku harapkan adalah kelembutan dan putihmu jika aku menggantimu dengan udara yang aku harapkan adalah hadirmu dalam paru-paru jika aku menggantimu dengan kata-kata yang aku harapkan adalah makna kau bagaikan gula dalam kopiku kau adalah bisikan dalam senyapku kau adalah nikmat dalam segala macam santapan kau adalah candu dalam lintingan tembakau yang ku hisap kau adalah aku yang mengembara di wajah para dewa dan kau adalah badai yang tengah melahap padang dan aku ibarat debu di antara putaran badai Erhasy, 27 Mei 2011 KOMISI http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2011-08-07/10.pdf  

Sejarah Nama Indonesia

Rebana - Minggu, 07 Agt 2011 04:03 WIB Sejarah Nama Indonesia Oleh: Syafrizal Sahrun, S.Pd.. Indonesia dalam pengertian geografis berarti bagian bumi yang membentang dari 95°-141° Bujur Timur, dan 6° Lintang Utara sampai 11 Lintang Selatan. Indonesia dalam arti bangsa yang secara politik, ekonomi, dan sosial budaya berada di dalam wilayah itu. Istilah Indonesia digunakan oleh G. W. Earl dalam bidang etnologi. Dia menyebut Indunesians dan Melayunesians bagi penduduk Kepulauan Melayu. Dalam JIAEA volume IV tahun1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan, sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain...

ANALISA, 15 Juli 2011

RINDU Syafrizal Sahrun sore ini wajahmu terbayang lagi kau gumuli tubuhku dan kau ciumi pundakku aku menguap atas beribu risalah tapi nafasmu menentramkan gemuruh demokrasi jiwa di atas batu dekat alir sungai berbau rindu ku alirkan sepunjak igau yang menekan-nekan dadaku Medan , 2011 SOSOK Syafrizal Sahrun kidung malam menjeratku lalu lalang angin menghamburkan badaiku gelombang air pasang bagai gelora di dada aku meraba apa yang tak sempat di raba aku membaca apa yang tidak terbaca aku terkesima melihat dan melahap nur yang melekat pada wujud yang kupuja Medan , 2011 TANPA ADA YANG TAHU Syafrizal Sahrun Dinding dingin Senyap memekap pengap Suara mati dalam makna sendiri Dan angin tertawa dalam mata para dewa Pelan-pelan kau datang Menjinjing angan dalam keranjang Kau menyapaku tanpa ada yang tahu http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=101332:puisi&catid=141:puisi&Itemid=198 catatan singkat ke tig...

Medan Bisnis “Rentak” 5 Juni 2011

SEBAGAIMANA AKU DAN LANGIT BICARA Syafrizal Sahrun Sebagaimana kau lukis langit sebagaimana angin berhembus menusuk hingga kelubuk sebagaimana ku hirup aroma tubuh kau terdampar dibalik bilik pengap bermandi cahaya pudar dalam temaram sepi sunyi lelap mengurat pecah tersungkur terpuruk pada waktunya, malampun makin lama makin kecut sebagaimana urat langit menghantar rindu awan burung-burung risau mencari persinggahan lantas aku termangu mengebiri tubuhmu dalam bayang-bayang bidadari sebagaimana aku dan langit berbicara mengurai peluh yang makin lama makin merampas cerita. KOMISI, 23 April 2011 http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/?date=2011-06-05