Kaki melangkah satu demi satu
mengeja lembar-lembar waktu
terjemahkan isyarat kelu yang mengalir
menyatu debu
kicau burung liar mengusik lengang
merobohkan tonggak galau memukau
tubuh semati tugu
jalan-jalan binasa tanpa makam
dan akhirnya hanya bekas-bekas sejarah
yang mulai dapat diterjemah
KOMISI, 2011
Syafrizal Sahrun
(puisi ini telah di terbitkan pada Harian Analisa pada hari rabu / 9 November 2011)
Komentar
Posting Komentar