Puisi ini telah di terbitkan di Harian Analisa tanggal 21 September 2011 dan pada Hari yang sama di bacakan pada acara Halal Bi Halal Civitas Akademik UISU Al-Munawwarah
LANGKAH ANGIN DAN HUJAN /1/
Saat aku menulis sajak ini mungkin kau sudah terlelap
rebah dilantai beralas tikar plastik pinjaman
kau tak memabawa tilam, bantal, guling, selimut dan boneka kesayangan
sebab esok kau juga akan kembali
dan menceritakan pengalaman selama kau jauh dari pandangan
malam ini, aku merindu wujudmu
kau masih setia datang walau bayang-bayang
dan aku menulis sajak sesaat mengkin kau sudah terlelap
sajak tentang langkah angin dan hujan
LANGKAH ANGIN DAN HUJAN /2/
Sebelum ku tulis sajak ini
saat aku duduk di pelataran masjid dekat rumahku
segerombolan angin datang menerjang pintu dan jendela
mereka melahap apa saja
kayu, batu, pagar-pagar, bahkan orang-orang yang ada di depannya
tak peduli tua atau muda
tak peduli akan norma atau tatakrama
aku melihat debu
bagai saudara-saudara kita yang menghambur kemana suka
saat tsunami menerjang segala
aku juga mendengar langkah-langkah yang berlari di atas seng rumah-rumah warga
bagai mengejar sesuatu yang mesti diburu. ya, langkah-langkah angin
LANGKAH ANGIN DAN HUJAN /3/
Angin pergi menjauh dari arah kiblat
mereka bergegas melahap apa saja sambil lewat
tak ada suara katak, mungkin saja sekarang mereka sedang bersembunyi di dalam kamar mereka
terdiam dan menutup mata dan saling berpeluk cemas dengan keluargannya
setelah langkah-langkah itu tak terdengar
aku pulang dengan ransel yang penuh dengan kata-kata
dan berharap sesampainya nanti dirumah
aku dapat merajutnya menjadi sajak
dan menjadi saksi tentang malam yang tergilas angin
LANGKAH ANGIN DAN HUJAN /4/
Sesampai dirumah, hujanpun menyusul angin
tapi tidak langsung pergi, mereka bermain-main di seng rumah-rumah
termasuk seng rumahku
mereka bertamu tak buru-buru
bahkan mereka rela menungguku menulis sajak meski waktu terus berlalu
dan menyisakan rindu-rindu baru
nanti, setelah kau kembali
dan duduk bersamaku di kursi panjang depan rumahmu
kita bisa berbagi pengalaman selama kita tak bertatapan
kau bercerita tentang tidur tanpa tilam, bantal, guling, selimut dan boneka kesayangan
sementara aku akan bercerita tentang langkah angin dan hujan
Percut, 9 September 2011
Kepada Nurul Arbaiyah
Komentar
Posting Komentar