Langsung ke konten utama

MENGUPAS PENDIDIKAN SASTRA DAN SASTRA ANAK DALAM OMONG-OMONG SASTRA SUMUT


            Dunia sastra adalah dunia yang cukup indah bila dinikmati dan dihayati, khususnya bagi manusia yang ingin hidupnya lebih dewasa, merdeka dan bermakna. Dunia sastra adalah dunia yang kaya dan sebuah dunia yang dapat menjadikan seorang menjadi siapapun. Dunia sastra adalah dunia yang sangat terbuka untuk siapapun yang ingin menetap atau sekedar menjadikannya dermaga persinggahan, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua – tanpa ada batas usia.
Ilmu sastra masih dianggap sulit untuk dipahami bagi sebahagian orang saat orang tersebut meniliknya dari luar. Ada juga orang yang mengagapnya sepele – nah, saat itulah dia menjadi munafik ketika berbicara tentang sastra. Mempelajari ilmu sastra tidak gampang dan tidak susuah, tidak sulit, tidak berbelit tapi butuh penghayatan dan keseriusan untuk menjabarkan maksud pengarang. yang sangat memprihatinkan ketika guru-guru bahasa dan sastra Indonesia tidak bisa bersastra. Contoh : saat disekolah, seorang guru mengajarkan tentang penulisan/pembacaan puisi pada muridnya sementara guru itu sendiri tidak pernah sekalipun melakukan hal yang dia ajarkan kepada muridnya, apakah ini suatu kelajiman ? jujur, itu salah. Dan sedihnya, guru sastra Indonesia tidak membaca bahan-bahan yang berbau sastra dan tidak mengikuti perkembangan karya sastra itu sendiri. Dan lahirlah guru yang monoton.
Add caption
Selayaknya kaum guru sastra dan kaum sastrawan menyatu, walau diskusi-diskusi itu telah berlaku tapi masih dipandang minim. Omong-omong Sastra salah satunya, sebuah wadah diskusi tentang dunia sastra khususnya sastra milik Indonesia baik ditinjau dari lahir maupun perkembangannya dan yang tidak diinginkan adalah kematiannya. Dari kegelisahan-kegelisahan dalam perkembangan dunia sastra inilah mungkin pak Damiri Mahmud, dkk sebagai sastrawan yang peduli akan sastra melahirkan wadah diskusi sastra ini yang kemudian diberi nama Omong-omong Sastra atau disingkat dengan OOS. Wadah ini lahir kurang lebih 35 tahun silam, digagas oleh kreator-kreator sastra yang peduli dengan liuk tubuh sastra Indonesia kedepannya, hingga saat ini sampai dipangkuan kami.
    
KOMUNITAS SASTRA SEBAGAI PELAKSANA
Dua bulan yang lalu, tepatnya tanggal 6 Februari 2011 ketika Omong-omong sastra di dilabuhkan di Tanjung Morawa tepatnya dirumah abangda Idris Siregar, kami dari beberapa komunitas sastra yang selalu menganghadiri kegiatan tersebut setelah kami mengenalnya diamanahkan untuk menjadi panitia dalam Omong-omong sastra dibulan April 2011, setelah dirumah abangda saripudin lubis yang berlokasi di binjai pada bulan Maret.
Adapun komunitas penyelenggaranya antara lain Komunitas Insan Sastra Indonesia (KOMISI), Komunitas Tanpa Nama (KONTAN), Komunitas Langit Sastra Indonesia (KOMULASI) dan Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK). Setelah diadakan peleno dari empat komunitas ini di gedung H. Anif UNIMED dan dihadiri oleh penasehat komunitas yang namanya tak asing lagi yaitu abangda Afrion, dengan segala pertimbangan maka dermaga OOS dibulan April bersandar di Bagan Percut.

PAPARAN KERTAS KERJA OOS
Pada hari minggu yang cerah OOS digelar dilantai 2 rumah saya, tepatnya di Bagan Percut.  Panas yang lahir dari alam pesisir dan lokasi yang lumayan jauh dari pusat kota tak menyurutkan niat para peserta untuk hadir dalam kegiatan ini. Adapun yang hadir antara lain Pak Damiri Mahmud, Pak D.Ripai Harahap, Pak Sulaiman Sabbas, Pak Norman Tamin, Pak Mihar Harapan, Pak Jaya Arjuna, Bang Yunus, Bang Raudah Jambak, Bang Saripuddin Lubis, Ibu Herna Fauziah, Komunitas pelaksana (KOMISI, KONTAN, KOMULASI dan KOMPAK) dan dan beberapa orang lagi yang tidak dapat disebutkan namanaya satu persatu.

Dimulai dari salam hangat dari Dani Sukma AS sebagai pendu acara menggambarkan betapa antusiasnya peserta untuk memulai acara. Berawal dari pemaparan kertas kerja Ibu Herni Fauziah dengan tema “GURU HARUS MENJADI MODEL BAGI MURIDNYA” sekaligus sebagai keluhan yang ia rasakan sebagai seorang guru terhadap dunia dan perkembangan sastra disekolah khususnya di Sekolah Dasar. Pengajaran sastra memang seharusnya diajarkan sejak dini kepada anak sebab ini dapat menunjang pengembangan pola pikir dan kecintaan individu terhadap dunia sastra. Dunia Sastra adalah dunia yang luas, bukankah Al-Qura’an juga diturunkan dengan bahasa sastra !!!  Tapi dia mendapat kesulitan juga dalam praktek ini sebab ada yang bertanya – apakah dengan apresiasi puisi ini anak bisa mengerjakan soal UN ? saya rasa itu pertanyaan orang yang memang tidak suka terhadap sastra. Bukan masalah UN atau tidak, lebih-lebih pengajaran sastra untuk penyejuk jiwa dan menjiwai apa yang telah kita rasakan dan dirasakan orang lain. Lantas apakah UN menjamin kehidupan yang baik !! tentu tidak.
Dalam kertas kerja tersebut juga dipaparkan mengenai bagaimana seorang guru bisa mengajarkan sastra kepada murid jika guru itu sendiri sama sekali tidak mengerti tentang sastra. Banyak kita lihat disekolah-sekolah baik ditingkat SD,SMP dan SMA, guru yang mengajarkan pelajaran sastra (Bahasa dan Sastra Indonesia) sama sekali tidak mengerti akan sastra padahal pelajaran itu satu paket. Bagaimana seorang guru bisa mengajarkan menulis puisi atau membacanya jika guru itu sendiri tidak mampu untuk melakukannya, bukankah ini hanya omong kosong. Memang panduan teori ada dalam berbagai sumber bacaan tapi yang diharapkan bagai mana teori tersebut bisa diaplikasikan dengan nyata.
Add caption
Kertas kerja ke dua bertema “APA KABAR SASTRA ANAK (Melirik Komunitas Sastra Anak Kota Medan)” milik bang Saripuddin Lubis. Kegelisahan yang terkandung didalam kertas kerjanya antara lain mengenai siapa yang membuat sastra anak, anak itu sendiri atau orang dewasa ? anak dan orang dewasa sangat berbeda jauh tingkat pola piker dan sudut pandangnya. Sah-sah saja ketika orang dewasa menulis cerita anak untuk anak. Ketika orang dewasa yang menulis cerita anak itu selain menceritakan kehudupan anak juga harus menjadi anak itu sendiri (memandang dari pola pikir anak). Saat kita membuat sastra anak tapi kita meninjau dari pemikiran orang dewasa dan dibubuhi konflik-konflik orang dewasa maka tujuan sastra anak tidak akan maksimal.
Dalam rentetan kegiatan ini juga disajikan pembacaan puisi bersama oleh anak-anak KOMPAK (Pengambara Kebenaran karya Antilan Purba) dan anak-anak KONTAN (Kepada Perempuan Penjual Kelamin karya Dani Sukma AS).



KRITIK DAN SARAN

            Pada pemaparan kertas kerja pertama, ibu herni menjelaskan ketika mengajarkan puisi kepada anak, dia mengutip satu kata dari tiap-tiap anak yang berada dalam satu kelas dan kemudian merangkainya menjadi sebuah puisi sebagai karya kelas itu. Setelelah dibuka sesi Tanya jawab, pak Damiri mengkritiki bahwa pengajaran yang seperti itu dapat menyesatkan anak dalam membuat puisi, apa lagi proses seperti itu dilakukan berkepanjangan. Boleh-boleh saja jika proses itu dilakukan sebagai tahap awal pengajaran sastra terhadap anak – sambung pak Rifai Harahap, asal ada proses lain setelah proses awal tersebut (tahap demi tahap) untuk memperolah maksimalisasi pendidikan sastra usia dini.
            Pak Sulaiman Sabbas menjelaskan pengalamannya dalam bersastra. Dia mengatakan bahwa sastra singkron dengan membaca, begitu yang dia lakukan semasa muda. Kita bebas membaca buku apa saja yang besifat positif untuk menambah wawasan, bukankah buku adalah jendela ilmu ! untuk bersastra kita juga harus banyak membaca tanpa membaca maka mustahil akan melahirkan karya yang maksimal. Objek membaca bukan hanya pada buku melainkan juga pada keadan, membaca keadaan.
            Saran dari pak Norman Tamin juga ikut menempel pada OOS ini. Tak jarang kita menuai ketakutan dalam mempublikasikan karya. Banyak kendala yang menghantui perjalanan ini, untuk itu para sastrawan, penyair, mahasiswa sastra, guru sastra, penikmat dan individu lainnya yang peduli terhadap sastra maupun instansi terkat mesti saling membantu dalam pengembangan sastra ini, khususnya di Sumatera Utara. Disamping itu juga bang Saripuddin Lubis mengajakelemen yang berkecimpung dibidang sastra untuk mengembangkan atau mendirikan komunitas-komunitas yang peduli dengan sastra anak, sebab pengenalan sastra di usia dini lebih baik dari pada di usia dewasa, walau tidak semua anak ketika besar harus menjadi sastrawan – setidaknya anak tau tentang ilmu sastra itu sendiri.

UNDANGAN OOS
Sebagai program jangka panjang OOS, setelah dirumah Syafrizal Sahrun maka dibulan selanjutnya tepatnya dibulan Juli 2011 dilabuhkan dirumah pak Jaya Arjuna sekaligus penyambutan bulan Ramadhan 1432 H. untuk itu besar harapan ketika para sastrawan, budayawan, seniman, dosen, guru, mahasiswa dan elemen-elemen lainnya yang gemar akan sastra untuk berperan serta dalam kegiatan omong-omong sastra tersebut untuk mengkaji sejarah dan perkembangan sastra khususnya di sumatera utara.   

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur

Catatan Untuk Buku Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Timur Oleh: Syafrizal Sahrun (akhirnya diterbitkan di Haluan Kepri, 9 Desember 2012) Tepatnya tanggal 13 November 2012  telah dilaksanakan kegiatan peluncuran buku dengan judul “Adat Pekawinan Masyarakat Pesisir Sumatera Timur” karya Prof. Dr. H. O.K. Moehad Sjah. Kegiatan itu dilaksanakan di Kantor Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu rangkaian acara Gelar Buku, Budaya dan Teknologi Tahun Anggaran 2012 yang mengangkat tema ‘Dengan membaca kita wujudkan hidup sejahtera’. Sebagai masyarakat yang sadar betapa pentingnya buku dan budaya baca patutlah acara ini kita beri sambutan baik. Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran manusia. Hal itu mau tidak mau akan mengikis keyakinan akan pentingnya beradat istiadat. Melanggar pantang, yang sekarang ini generasi muda tak dapat memaknai secara rasional mengenai kenapa suatu perbuatan itu ditida...

Resensi Buku: Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra

 (Terbit di rubrik Belia Harian Medan Bisnis, 2 Desember 2012) Langkah Awal Pemahaman Teori Sastra Oleh: Syafrizal Sahrun Judul                : Pengantar Teori Sastra Penulis              : Dwi Susanto S.S, M.Hum Penerbit            : CAPS Tahun               : Cetakan pertama, 2012 Tebal                : vii + 272 halaman ISBN                : 978-602-9324-03-7 Secara normatif, studi sastra dibagi dalam beberapa bidang, yakni teori sastra, kritik sastra, sejarah sastra, sastra bandingan, dan kajian budaya. Teori sastra mempelajari kaidah-kaidah, paradigma-paradigma, dan...

Haluan Kepri, Minggu, 2 Desember 2012

Sajak-sajak Syafrizal Sahrun TEMALI DAN KAU/1 sebagai temali apa lagi yang dapat kulakukan untuk membantumu berapa kali bahkan tak kukira lagi berapa peluh sudah ;aku sampai lupa cara mengira pagi ini, ketika mentari masih telungkup kau berjalan menyibak kabut menimang rindu   juga cemburu padahal mulai kemarin batukmu telah jadi jandu pada malam sendu TEMALI DAN KAU/2 entah mengapa di tengah jalan ketika batukmu kambuh aku hanya mampu tersengkum tak mampu menengok aku telah terburai di dalam masa aku tak bisa untuk sekedar membantumu menyulam tuju tepat waktu tapi walau begitu taklah dapat kupungkiri bahwa aku tak mampu berbagi sampai tubuhku tak bisa lagi dikata temali KETIKA PURNAMA kekasih bulan sudah purnama ketika gelas lepas dari gengaman daundaun menggamit sejuta kelam dalam ingatan rantingranting patah pada sekali hembusan kekasih pada dudukku semilir angin menghembuskan ke...