ANTARA DIA DAN AKU
Syafrizal Sahrun
Sempurna sudah bentuk malam
atas gemuruh yang terlahir di altar angan
diiring langkah lelaki berwajah sayu, kuyu
yang sedari tadi berjalan menyusuri hujan
lantas ku kebiri wajahmu
kusayat hingga darah menggumpal
dan merhamburan begitu saja di zaman edan
sumpurna sudah bentuk malam
dan lelaki itu mulai berlari
berlari membawa duri-duri
di tangan dan di dadanya
kemana tujunya, pun aku tak tahu
sebab dia terus berlari
tanpa peduli seruanku
atas luka yang dirasa
ini kali dia kembali
kembali lelaki itu dengan senyum yang begitu sayu
tapi tak sesayu dulu
dan aku bertanya atas senyum dan kembalinya
dia menatapku, terbata
telah kutemukan yang kucari
atas penantiaan panjang
dan aku tak bisa memilikinya
sempurna sudah bentuk malam
baginya dan untukku
sebab aku juga hidup didarahnya
KOMISI, 13 November 2010
21.22 WIB
Di muat pada hal. 170
ISYARAT
Syafrizal Sahrun
Aku terlalu lama menggeraikan kata-kata
yang mengumpal didada
yang terpacu bak kuda-kuda tunggangan
berlari tak kenal waktu
namun semua ibarat danau tenang
tapi didalam menyusup kekuatan
yang begitu mencengangkan.
hingga ini hari,
aku hanya bisa terpelongo
bak anak kampung keheranan
melihat keindahan kota, berlebih dikala malam.
aku hanya bisa diam menahan kecewa
yang lahir dari tubuhku sendiri.
masihkah aku bisa bernafas sewajarnya
apakah jantungku masih bisa berdetak wajar
ketika terlihat mimpiku terpagut bayang-bayang
yang ku takuti keberadaannya
inilah realita yang menghadangku hingga ini sore
selepas hujan yang mengguyur diluar sana
aku tak sanggup lagi menoleh kebelakang
sebab taman itu kini menjelma rimba liar
yang menakutkan
taman yang sedari kemarin
ku semai buli-bulir harapan
kiranya menjadi mimpi nyata
setelah tugas-tugas ini selesai.
KOMISI, 29 November 2010
Di muat pada hal. 171
PENCARIAN
Syafrizal Sahrun
Pada nyata dan batang mimpi
aku jua mencari
dalam kabut sunyi
dalam temaram yang merobek malam
ku saksikan dirimu berselimut kabut
namun langkahku tak jua surut
sebab asa itu belum terwujud
KOMISI, 9 Desember 2010
Di muat pada hal. 172
RINDU KAMBOJA
Syafrizal Sahrun
Langit dan awan pecah dalam anganku
berserak dilaman-laman
angin putus, tak jua harapku
kedewasaan malam
semakin menguakkan semerbak kamboja
yang akarnya terus menghisap kerinduan
yang terkubur pada makam-makam
tak bernama bertanda
KOMISI, 9 Desember 2010
Di muat pada hal. 172
Komentar
Posting Komentar