MENILIK PRODUKSI SASTRA KITA
Oleh : Syafrizal Sahrun
Oleh : Syafrizal Sahrun
Omong-omong Sastra SUMUT yang berlangsung di kediaman Sulaiman Sambas pada hari minggu (12/2/2012) kemarin, tepatnya beralamat di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan adalah pertemuan pertama di tahun 2012.
Si empunya rumah termasuk orang yang dituakan dalam forum tersebut, sekaligus seorang penyair yang sampai detik ini masih bersemangat jika berbicara mengenai sastra walau usianya sudah setengah abad lebih. Beliau juga orang yang ramah, sehingga dapat di tandai dengan jumlah peserta yang hadir.
Pembicara dalam kesempatan ini adalah Ria Ristiana Dewi “Cerpenis dan Cerpen Musiman” (KOMPAK) dan Sukma “Flash Faction yang Merajalela” (FLP). Tema yang mereka usung tersebut mendapat sambutan hangat dari para peserta—ditandai dengan sesi tanya jawab yang berlangsung setelah pembicara memaparkan isi makalahnya. Tidak hanya senior yang menghangatkan suasana dengan memberikan tanggapan-tangagapan terhadap makalah tersebut, tapi juga para junior.
Peserta pada pertemuan kali ini berkisar 50 orang lebih—antara lain Damiri Mahmud, A. Rahim Qahhar, Norman Tamin, Datok Majoindo, Jaya Arjuna, Mahyudin Lubis (Malubi), Ys Rat, M. Raudah Jambak, S Ratman Suras, Hasan Al Banna, Hidayat Banjar, OK Syahril, Abdul Rahim Harahap (Mihar), Ilham Wahyudi, Djamal, Ahmad Badren Siregar, Antonius, Sakinah Annisa Mariz, Afrion, Nina, teman-teman dari KOMPAK, KONTAN, FLP, KHP, LABSAS dan ada beberapa lagi yang lain.
Sesuai dengan namanya, forum ini khusus membicarakan persoalan atau perkembangan sastra dewasa ini—baik karya dan pekaryanya. Pada makalah Ria Ristiana Dewi, sebagai pemakalah pertama mengkaji mengenai kegelisannya terhadap cerpenis yang hanya akan menulis cerpen pada saat-saat tertentu saja (sesuai mood). Ilham Wahyudi dan M. Pical Nasution ( dalam makalah Ria Ristiana Dewi) telah menunjukkan hasil yang bisa dikatakan memuaskan sebab karya-karya mereka terus mengisi koran-koran lokal maupun nasional. Mudahan yang namanya disebutkan pada kalimat sebelumnya tidak langsung besar kepala dan tetap berkarya.
Pada makalah kedua, gelisahan Sukma terhadap flash faction (cerpen mini) yang merajalela di media online. Kegelisahan itu mengenai maraknya perlombaan menulis karya sastra online yang tidak digawangi oleh orang-orang berkompetensi di bidangnya. Perlombaan tersebut dipandang hanya mencari keuntungan (materi) pribadi tanpa memperdulikan kualitas karyanya.
Dipertengahan acara, tepatnya setelah selesai sholat zuhur dan makan siang disajikan pembacaan puisi bersama oleh teman-teman komunitas dan pembacaan puisi tunggal oleh A. Rahim Qahar dan tuan rumah sendiri. Sudah selayaknya memang kegiatan seperti itu di isi juga dengan pembacaan/penampilan karya, apa lagi pembacaannya di lakukan oleh orang-orang yang lebih dulu mengecap asam garam bersastra, setidaknya dapat di jadikan barometer bagi generasi selanjutnya.
Kita menyadari, sebenarnya tidak hanya tugas guru bahasa dan sastra Indonesia yang mengajarkan sastra kepada generasi ini, tapi juga tugas seluruh elemen yang berkubang di dunia sastra. Pemerintah juga wajib ikut andil dalam hal ini, jangan hanya memikirkan proyek-proyek yang menghasilkan keuntungan pribadi tapi selalu gagal membentuk karakter bangsa ini. Bukankah di dalam karya sastra banyak terdapat pengajaran karakter manusia yang bukan manusia dan karakter manusia yang manusia ? yang walaupun untuk mencari pesan dan amanat dalam karya sastra, kita mesti mengoprasikan kembali otak kita secara jernih. Ya, kira-kira begitulah !
Hanya bisa berharap, mudah-mudahan perkembangan sastra kita dimasa depan dapat membuat kita merasa bangga sebab memilih menetap atau sekedar singgah di biliknya. Mudah-mudahan pertemuan selanjutnya banyak guru-guru bahasa dan sastra Indonesia yang bisa hadir dalam pertemuan tersebut, apa lagi mereka dapat membawa beberapa siswanya untuk menyaksikan keberadaan dan perkembangan sastra kita.
Pada pertemuan kali ini, niat untuk membuat antologi karya sastra sudah menampakkan kehidupan. Itu ditandai dengan pengumpulan karya sastra (Puisi, Cerpen dan Esai Sastra) oleh peserta yang hadir pada saat itu. Mudah-mudahan pada pertemuan selanjutnya antologi tersebut sudah dapat dinikmati dalam bentuk yang utuh—tidak sekedar omong-omong. Amin
Dua bulan yang akan datang Omong-omong Sastra di tuan rumahi oleh Mahasiswa UISU asuhan Abdul Rahim Harahap. Untuk pematerinya adalah OK Syahril dan S Ratman Suras. Mudah-mudahan Omong-omong sastra SUMUT ini dapat hidup dari masa ke masa.
Salam sastra !!!
Percut, 14 Februari 2012
Tulisan ini di muat pada rubrik Budaya Harian Mimbar Umum (Minggu, 10 Maret 2012)
Komentar
Posting Komentar