Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

PULANG

PULANG Syafrizal Sahrun hujan dan angin menyerang dari arah depan sementara pepohon tepi jalan adalah sebuah ketakutan pirasat menyuruh berhenti tapi tekat tak mau mengikuti ada sesuatu yang dicari ada sesuatu yang menanti bukan sekedar kabar bukan sekedar lapar Percut, akhir Oktober 2011 Di terbitkan Harian Analisa (Rabu, 25 April 2012) http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/25/47601/pintu/
TUHAN Syafrizal Sahrun Tuhan, pinanglah aku dengan maharmu ajak aku bercengkrama pada altar dan ceritakan tentang misteri hidup yang membuat aku mesti terburu Tuhan, ajari aku mencinta Ajari aku melepas sebab ikhlas Tuhan, inilah aku sekelumit risalah yang tersesat Percut, 2011 Di terbitkan Harian Analisa (Rabu, 25 April 2012) http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/25/47601/pintu/

IGAU

IGAU Syafrizal Sahrun Seikat igau mencengkram hening – pecah lamun merangkap naik senyap hilang tanpa jasad kau goda lamunku kau poles gelap dengan berjuta warna jubah kehampaan tergantung di dinding kamar dayu-dayu melejit menyeruak hingga tak nampak warna rupa duka – iba terbawa arus kemuara beratus asa berpesta pora menyambut tujuh warna lantas samudera bergelora menelan bait-bait cerita Medan, 2011 Di terbitkan Harian Analisa (Rabu, 25 April 2012) http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/25/47601/pintu/

KEPADA KAU YANG BERHIANAT

KEPADA KAU YANG BERHIANAT Syafrizal Sahrun sebenarnya kau telah menyimpan bangkaimu di dalam ketelanjangan dan tak mampu menyekat-nyekat bau dan akhinya sampai juga ke paru-paru Komunitas Home Poetry, 2011 Di terbitkan Harian Analisa (Rabu, 25 April 2012) http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/25/47601/pintu/

Omong-omong Sastra Sumut

MENILIK PRODUKSI SASTRA KITA Oleh : Syafrizal Sahrun Omong-omong Sastra SUMUT  yang berlangsung di kediaman Sulaiman Sambas pada hari minggu (12/2/2012) kemarin, tepatnya beralamat di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan adalah pertemuan pertama di tahun 2012. Si empunya rumah termasuk orang yang dituakan dalam forum tersebut, sekaligus seorang penyair  yang sampai detik ini masih bersemangat jika berbicara mengenai sastra walau usianya sudah setengah abad lebih. Beliau juga orang yang ramah, sehingga dapat di tandai dengan jumlah peserta yang hadir. Pembicara dalam kesempatan ini adalah Ria Ristiana Dewi “ Cerpenis dan Cerpen Musiman” (KOMPAK) dan Sukma “Flash Faction yang Merajalela” (FLP). Tema yang mereka usung tersebut mendapat sambutan hangat dari para peserta—ditandai dengan sesi tanya jawab yang berlangsung setelah pembicara memaparkan isi makalahnya. Tidak hanya senior yang menghangatkan suasana dengan memberikan tanggapan-tangagapan terhadap makalah terse...

Esai Cerpen Pengkolan Buaya

  Nilai Kehidupan Dalam Cerpen “Pengkolan Buaya” Oleh Syafrizal Sahrun Cerpen yang diterbitkan Koran Tempo edisi minggu (8/1/2012) menyajikan nuansa kehidupan di daerah pelabuhan. Menceritakan kehidupan seorang anak yang karena setiap saat melewati pengkolan buaya, akhirnya dengan penjelasan ibunya mengenai kehebatan buaya, dia pun ingin jadi buaya. Keinginan itu dilukiskan cerpenis asal Medan, Hasan Al Banna, sebagai rasa kebutuhan akan perlindungan dalam menjalani kehidupan yang serba sulit. Apa lagi keinginan itu muncul dari seorang anak perempuan, sementara ayahnya adalah “buaya darat”—sering meninggalkan mereka. Hal itu dapat kita cicipi pada kutipan cerpen tersebut di bawah ini: “Buaya itu jahat, ya, Bu?” “ K alau diganggu.” “Mau itu makan orang?” “Mau-lah. Tapi kalau diganggu.” “Enak ya jadi buaya...” gumam Palti . B ukit kekaguman menjulang di mulutnya. “Kenapa?” “Biar bisa makan orang yang ganggu kita , ” jawab Palti serius. Sedang Ibunya hanya    ...